Minggu, 24 Januari 2016

BERITA

Tiga Warga Papahan Menghilang
KARANGANYAR – Tiga warga Desa Papahan, Kecamatan Tasikmadu, menghilang sejak beberapa waktu lalu.
Ditengarai, mereka bergabung dengan ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Mereka menghilang dengan mengajak anggota keluarga. Namun, nama tiga orang itu tidak masuk dalam daftar anggota Gafatar yang akan dipulangkan dari Kalimantan.
Tiga orang itu adalah Hery Murtopo alias Heru (40), warga Dusun Papahan RT 3 RW 3, Wahyu Widiatmoko (40) asal Dusun Papahan RT2 RW3, serta Joni Catur Prasetyo (40), warga Dusun Papahan RT2 RW3. Joni menghilang sejak November 2015, dengan mengajak anaknya.
Sedangkan istri dan satu anaknya yang lain menolak ikut. Sedangkan Heru dan Wahyu menghilang sejak 6 Desember 2015. Heru mengajak istri dan seorang anaknya yang masih balita. Sementara Wahyu mengajak istri dan tiga anaknya.
Kasi Pemerintahan dan Tramtib Desa Papahan Suroso mengatakan, hingga saat ini keberadaan tiga orang dan keluarganya tersebut belum diketahui. ”Tiga orang tersebut tidak meninggalkan pesan,” katanya, kemarin.
Sebagai Pengurus

Sebelum menghilang, Heru sehari-hari bekerja sebagai pedagang burung kicau di dekat Pasar Papahan. Wahyu adalah pedagang ayam potong di sekitar Pasar Papahan. Sedangkan Joni berstatus pegawai negeri sipil (PNS).
Dikatakan juga, selain tiga orang tersebut, masih ada dua orang dari Papahan yang pernah bergabung dengan Gafatar. Keduanya adalah Purwanto (40) dan Ari Widodo, adik kandung Hery. Menurut Suroso, Purwanto kini bekerja di salah satu pabrik tekstil di Karanganyar.
Sedangkan Ari pindah domisili ke daerah Mojolaban, Sukoharjo. Tahun 2013, dua orang tersebut pernah ditahan di Polresta Surakarta karena terkait dengan Ahmad Musadeq (tokoh sebelum Gafatar berdiri-red).
Warga tidak tertarik bergabung ke organisasi yang dipropagandakan, karena keduanya pernah berurusan dengan polisi. Ibu kandung Hery Murtopo, Samiyem, mengaku saat ini anaknya berada di Bali dan bekerja sebagai buruh bangunan. Diakui, anaknya pernah bergabung ke Gafatar selama dua tahun. ”Tapi sudah lama dia keluar.
Kemarin dia kirim SMS, mengatakan bahwa sejak Agustus tahun lalu sudah tidak gabung ke Gafatar. Sekarang kerja di Bali dan belum berani pulang, kalau belum membawa uang,” tuturnya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Muhammad Indrayanto mengakui, Gafatar terdaftar sebagai ormas di Karanganyar. ”Dua dari tiga orang yang menghilang adalah pengurus Gafatar. Hery Murtopo sebagai sekretaris, sementara Wahyu Widiatmoko sebagai bendahara umum,” jelasnya. (H44-26) sumber

BERITA

Ladang Tebu di Papahan Karanganyar Terbakar


Kebakaran lahan tebu di Papahan Karanganyar. Foto Metrojateng
KARANGANYAR – Lahan tebu di kawasan Papahan Kabupaten Karanganyar terbakar, Minggu (5/10) malam. Tepatnya, sekitar 100 meter sebelah barat perempatan Papahan.
Belum diketahui penyebab kebakaran. Namun api terus menjalar. Pantauan metrojateng.com, luas area yang terbakar sekurangnya mencapai 300 meter persegi. Dua unit mobil pemadam kebakaran sudah berada di lokasi kejadian.
Polisi menutup jalur lalu lintas arah ke Solo, di sekitar lokasi kejadian. Hal itu dilakukan dalam upaya pemadaman. Arus dari arah Karanganyar dialihkan ke jalur sebelah kanan. Arus lalu lintas sedikit tersendat, namun tak sampai terjadi kemacetan.
Sejumlah warga mulai berdatangan. Selain tim pemadam kebakaran, dua unit mobil basarnas beserta timnya sudah sampai di lokasi kejadian. (MJ-05) sumber

Wisata Karanganyar

Asik, Ada Wahana Baru di Sondokoro


Suasana wahana water boom di Agrowisata Sondokoro, Tasikmadu, beberapa waktu lalu. (Dok/JIBI/Solopos)
Solopos.com, KARANGANYAR — Wahana Agrowisata Sondokoro, Tasikmadu, Karanganyar, bakal semakin lengkap di masa mendatang. Hal itu menyusul dibangunnya wahana kolam perahu di kompleks objek wisata setempat mulai pertengahan Oktober 2013.
Manajer Agrowisata Sondokoro, Megantoro, mengatakan rata-rata, pengunjung objek wisata yang berdiri tahun 2006 itu mencapai 20.000 pengunjung per bulan. Sejak Januari-Oktober 2013, jumlah pengunjung sudah mencapai 200.000 orang. Biaya per masuk di Sondokoro, senilai Rp5.000.
“Wahana di Sondokoro ini sebenarnya sudah banyak. Di antaranya, ada motor listrik, kereta api, taman air, dunia kreasi, perahu ayun, dan lain sebagainya. Mulai bulan kemarin, kami membangun kolam perahu seluas 1.000 meter persegi di bagian selatan. Nanti, akan disediakan maksimal 10 perahu di sana. Semoga, hal ini bisa menarik perhatian masyarakat untuk berbondong-bondong ke sini,” katanya, saat ditemuiSolopos.com, di ruang kerjanya, Sabtu (2/11/2013).
Megantoro menjelaskan luas kompleks objek wisata Agrowisata Sondokoro mencapai kurang lebih 7 hektare. Dengan luas tersebut, objek yang menjadi andalan di Kecamatan Tasikmadu ini masih dapat menampung wahana lain yang menjadi daya tarik warga.
“Di Sondokoro ini masih banyak menyimpan potensi wisata alam. Ini belum semuanya dieksplotasi. Ke depan, kami akan memaksimalkan sajian kreasi, seperti batik, tari reog, barongsai untuk dihadirkan di sini di akhir tahun. Itu juga terkait dengan upaya mendongkrak pengunjung di Sondokoro agar dapat melebihi angka 20.000 orang per bulan,” katanya.
Bagian Administrasi Agrowisata Sondokoro, Adimasagi, menjelaskan pengunjung di Sondokoro berasal dari berbagai daerah di Tanah Air. Hal itu termasuk, pengunjung dari Jatim, Soloraya, Jogja, Jakarta dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia. “Gaung objek wisata di sini sudah begitu dikenal oleh warga di luar Soloraya. Tapi, kami tetap terus melakukan kreasi promosi ke depan,” katanya.
sumber